KEPUTUSASAAN


″...Keputusasaan membuat kita beranggapan orang lain sudah tidak peduli dengan kita...″

″Hancur sudah hidupku Mas. Aku tidak tau harus bagaimana lagi menjalani hidup ini. Semuanya terasa hampa dan tidak memiliki makna.″ tutur seorang teman malam itu, tergolek lemah di Rumah Sakit. Saya membezuknya. Saya kemudian mengajak berdoa untuk kesembuhan dirinya.

Jika diri kita telah ditekan hingga ambang batas kesanggupan maka kita akan merasakan kehampaan dalam hidup ini dan jika kita sudah berusaha melakukan ikhtiar namun tidak ada perubahan apapun kita menjadi putus asa. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

″Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika mereka tertimpa musibah dia menjadi putus asa dan putus harapan (QS. Fushshilat :49).″

Putus asa merupakan sifat alami jika kita ditimpa musibah. Kita kehilangan gairah hidup, tidak lagi semangat untuk bekerja. Tidak lagi semangat beribadah, senyum indahnya juga pergi berlalu begitu saja, datang kemurungan sepanjang hari. Yang ada dihadapannya hanyalah tatapan mata yang kosong terhimpit dalam kedukaan.

Jika itu yang terjadi pada diri kita berarti kita membutuhkan pertolongan segera. Putus asa adalah hal yang paling buruk yang menimpa diri kita karena putus asa akan semakin menggerogoti oleh perasaan buruk kita sendiri sehingga hati kita bisa mendorong melakukan hal-hal yang buruk, tidak boleh dilakukan dan malah merugikan diri kita sendiri.

Pikiran lalu seperti berkata sendiri, memasuki ruang hampa penuh pertanyaan. ″Semua tidak ada yang mempedulikan diriku? Lalu kenapa aku peduli pada mereka? Kenapa hidup ini tidak adil untukku? Kenapa mereka bahagia? Sedangkan aku menderita?

Keputusasaan membuat kita beranggapan orang lain sudah tidak peduli dengan kita. Bahkan kita menganggap semua orang egois. Semua orang memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan diri kita. Kita menganggap saudara kita tidak peduli. Orang tua kita tidak peduli. Sahabat kita tidak peduli. Negara tidak peduli. Bahkan kita beranggapan Sang Khaliq juga tidak peduli dengan diri kita.

″Kenapa Allah tidak sayang ama aku? Kenapa Allah tidak peduli dengan diriku? Kalo Engkau sayang padaku Ya Allah, kenapa Engkau buat hidupku menderita?″ Begitulah pertanyaan terlontar pada diri kita disaat kita putus asa. Kesedihan dan putus asa telah menutupi hati bahwa sesungguhnya dibalik ujian dan penderitaan ada kasih sayang dan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk diri kita.

Disaat kesedihan telah berlalu. Kita sudah mampu berpikir jernih, kita bisa mengerti apa yang sebenarnya Allah berikan kepada kita. Kita kemudian menemukan hikmah atas peristiwa yang terjadi pada kita sebagai tanda kasih sayangNya. Maka sepatutnya kita bersyukur kepada Allah atas setiap peristiwa yang telah kita lalui memiliki makna hidup.

″Jika mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan oleh Allah dan RasulNya kepada mereka dan berkata, ″Cukuplah Allah bagi kami. Allah memberikan karuniaNya dan demikian pula RasulNya. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.' (QS. at-Taubah : 59).