Untuk Ani dan keluarga salam kenal, walaupun kita belum pernah bertemu dari sekarang sudah aku anggap bagìan dari keluarga aku.
Adiku...
Setiap insan yang hidup
pasti menginginkan dan
mendambakan suatu
kehidupan yang
bahagia, tentram,
sejahtera, penuh dengan
keamanan dan
ketenangan atau bisa
dikatakan kehidupan
yang sakinah, karena
memang sifat dasar
manusia adalah
senantiasa condong
kepada hal-hal yang bisa
menentramkan jiwa
serta membahagiakan
anggota badannya,
sehingga berbagai cara
dan usaha ditempuh
untuk meraih kehidupan
yang sakinah tersebut.
Zezen dan Ani yang kaka cintai,
sesungguhnya sebuah
kehidupan yang sakinah,
yang dibangun diatas
rasa cinta dan kasih
sayang, tentu sangat
berarti dan bernilai
dalam sebuah rumah
tangga. Betapa tidak,
bagi seorang pria atau
seorang wanita yang
akan membangun
sebuah rumah tangga
melalui tali pernikahan,
pasti berharap dan
bercita-cita bisa
membentuk sebuah
rumah tangga yang
sakinah, ataupun bagi
yang telah menjalani
kehidupan berumah
tangga senantiasa
berupaya untuk meraih
kehidupan yang sakinah
tersebut.
HAKEKAT KEHIDUPAN
RUMAH TANGGA YANG
SAKINAH
Zezen dan Ani yang dirahmati Allah,
telah disebutkan tadi
bahwasanya setiap
pribadi, terkhusus
mereka yang telah
berumah tangga, pasti
dan sangat berkeinginan
untuk merasakan
kehidupan yang sakinah,
sehingga kita
menyaksikan berbagai
macam cara dan usaha
serta berbagai jenis
metode ditempuh, yang
mana semuanya itu
dibangun diatas presepsi
yang berbeda dalam
mencapai tujuan
kehidupan yang sakinah
tadi. Maka nampak di
pandangan kita
sebagian orang ada
yang berusaha mencari
dan menumpuk harta
kekayaan sebanyak-
banyaknya, karena
mereka menganggap
bahwa dengan harta
itulah akan diraih
kehidupan yang sakinah.
Ada pula yang
senantiasa berupaya
untuk menyehatkan dan
memperindah tubuhnya,
karena memang di
benak mereka
kehidupan yang sakinah
itu terletak pada
kesehatan fisik dan
keindahan bentuk
tubuh. Disana ada juga
yang berpandangan
bahwa kehidupan yang
sakinah bisa diperoleh
semata-mata pada
makanan yang lezat dan
beraneka ragam,
tempat tinggal yang
luas dan megah, serta
pasangan hidup yang
rupawan, sehingga
mereka berupaya
dengan sekuat tenaga
untuk mendapatkan itu
semua. Akan tetapi,
adiku Zezen dan Ani,
perlu kita ketahui dan
pahami terlebih dahulu
apa sebenarnya hakekat
kehidupan yang sakinah
dalam sebuah kehidupan
rumah tangga.
Sesungguhnya hakekat
kehidupan yang sakinah
adalah suatu kehidupan
yang dilandasi
mawaddah warohmah
(cinta dan kasih sayang)
dari Allah subhanahu
wata'ala Pencipta alam
semesta ini. Yakni
sebuah kehidupan yang
dirihdoi Allah, yang
mana para
pelakunya/orang yang
menjalani kehidupan
tersebut senantiasa
berusaha dan mencari
keridhoan Allah dan
rasulNya, dengan cara
melakukan setiap apa
yang diperintahkan dan
meninggalkan segala
apa yang dilarang oleh
Allah dan rasulNya.
Maka kesimpulannya,
bahwa hakekat sebuah
kehidupan rumah
tangga yang sakinah
adalah terletak pada
realisasi/penerapan nilai-
nilai agama dalam
kehidupan berumah
tangga yang bertujuan
mencari ridho Allah
subhanahu wata'ala.
Karena memang
hakekat ketenangan
jiwa (sakinah) itu adalah
ketenangan yang
terbimbing dengan
agama dan datang dari
sisi Allah subhanahu
wata'ala, sebagaimana
firman Allah (artinya):
"Dia-lah yang telah
menurunkan sakinah
(ketenangan) ke dalam
hati orang-orang yang
beriman agar keimanan
mereka bertambah di
samping keimanan
mereka (yang telah
ada)." (Al Fath: 4)
BIMBINGAN
RASULULLAH DALAM
KEHIDUPAN BERUMAH
TANGGA
Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam selaku
uswatun hasanah (suri
tauladan yang baik)
yang patut dicontoh
telah membimbing
umatnya dalam hidup
berumah tangga agar
tercapai sebuah
kehidupan rumah
tangga yang sakinah
mawaddah warohmah.
Bimbingan tersebut baik
secara lisan melalui
sabda beliau shalallahu
'alaihi wasallam maupun
secara amaliah, yakni
dengan
perbuatan/contoh yang
beliau shalallahu 'alaihi
wasallam lakukan.
Diantaranya adalah
Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam
senantiasa menghasung
seorang suami dan isteri
untuk saling ta'awun
(tolong menolong, bahu
membahu, bantu
membantu) dan bekerja
sama dalam bentuk
saling menasehati dan
saling mengingatkan
dalam kebaikan dan
ketakwaan,
sebagaimana sabda
beliau shalallahu 'alaihi
wasallam:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
فَإِنَّ الْمَرْأَةَ
خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ
وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ
فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ
فَإِنْ ذَهَبْتَ
تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ
يَزَلْ أَعْوَجَ
فَاسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ
"Nasehatilah isteri-isteri
kalian dengan cara yang
baik, karena
sesungguhnya para
wanita diciptakan dari
tulang rusuk yang
bengkok dan yang
paling bengkok dari
tulang rusuk adalah
bagian atasnya (paling
atas), maka jika kalian
(para suami) keras
dalam meluruskannya
(membimbingnya), pasti
kalian akan
mematahkannya. Dan
jika kalian
membiarkannya (yakni
tidak membimbingnya),
maka tetap akan
bengkok. Nasehatilah
isteri-isteri (para
wanita) dengan cara
yang baik." (Muttafaqun
'alaihi. Hadits shohih,
dari shahabat Abu
Hurairah radhiallahu
'anhu)
Dalam hadits tersebut,
kita melihat bagaimana
Rasulullah shalallahu...
bersambung→