Hakikat Zuhud Dan Keutamaanya

Zuhud berasal dari bahasa Arab yang artinya tidak meminati sesuatu dengan cara meninggalkan sesuatu. Ahmad hasan rahimahullah dalam Tarjamah Bulugul Marom, menguraikan tujuh definisi zuhud, yaitu:

- Kurang memiliki kemauan terhadap sesuatu

- Membenci dunia dan berpaling darinya

- Membuang kesenangan dunia untuk mendapatkan kesenangan akhirat.

- Hati tidak peduli dengan "kekosongan tangan" (maksudnya, tidak peduli terhadap keadaan tanpa harta).

- Membelanjakan apa yang dimiliki, dan tidak menghargai apa yang didapat (dari urusan dunia).

- Tidak menyesal dengan apa yang tidak dimiliki, dan berbahagia (merasa cukup) dengan yang ada.

- Sabda Rasulullah saw. (Riwayat at-Tirmidzi), "Zuhud di dunia, tidak dengan mengharamkan yang halal dan membuang harta. Zuhud di dunia ialah bahwa engkau lebih percaya kpd apa yang ada ditangan Allah dari yang ada ditanganmu; dan apabila terkena bahaya dunia, engkau lebih senang ia kekal padamu supaya engkau mendapat ganjaranya."

Dari berbagai definisi di atas, maka munculah pertanyaan, dapatkah manusia memisahkan dirinya sama sekali dari harta dan segala bentuk kesenangan duniawi? Bukankah para shahabat utama Rasulullah saw. seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Utsman bin 'Affan, dan 'Abdurahman bin 'Auf r.a. adalah orang-orang kaya?

Maka definisi terbaik dari zuhud adalah tidak semata-mata menafikan keberadaan harta dan tidak suka mengenyam kenikmatan dunia yang dihalalkan. Zuhud sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak terpengaruh oleh ―banyak sedikitnya― harta dan kesenangan duniawi, dalam mengabdikan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, betapapun kayanya Nabi Sulaiman a.s. dan 'Utsaman bin 'Affan, mereka tetap sbagai orang zuhud dan hidup dlm keadaan zuhud. Mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh kekayaannya yang berlimpah dalam mengabdikan diri kepada Rabbul 'Alamin.
Inilah pendapat yang paling benar tentang makna zuhud. Wallahu 'Alam.

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬