Ikhlas merupakan totalitas penghambaan manusia yang didasari oleh cinta, harap, dan takut kepada Allah Ta'ala.
Manis pahitnya amal seorang hamba banyak ditentukan oleh kadar keikhlasan di dalam menjalaninya.
Ada dua istilah yang bisa mendekatkan kita pada makna keikhlasan, yaitu ria dan syirik. Fudlail bin 'Iyadh pernah berkata, "Meninggalkan ibadah karena manusia adalah ria dan melakukan ibadah karena manusia adalah syirik. Ikhlas ialah manakala Allah menyelamatkan kita dari keduanya." Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa ikhlas adalah menghindarkan diri dari ria dan syirik. Karna itu, setiap ibadah manusia (termasuk shalat) haruslah senantiasa didasari oleh nilai-nilai keikhlasan sehingga tidak terjebak dalam perbuatan ria dan syirik. Ria dapat menyebabkan amal kebaikan menjadi hangus terbakar tanpa sisa, sedang syirik bisa mengakibatkan lahirnya dosa besar yang tidak terampuni.
Imam asy-Syafi'i rahimahullah pernah mengungkapkan kalimat yang bagus mengenai perkara ikhlas. Beliau berkata,"Seluruh manusia pada hakikatnya mati, kecuali orang-orang yang berilmu. Seluruh orang-oran yang berilmu sebenarnya tidur, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan seluruh orang-orang yang mengamalkan ilmunya dalam keadaan tertipu, kecuali yang mengamalkannya dengan ikhlas."
Dalam shalat, ikhlas sering dibahas dengan istilah khusyuk, yaitu sungguh-sungguh, penuh penyerahan, dan kebulatan hati. Seorang yang khusyuk mampu menyingkirkan rasa waswas dari hatinya dan membuang segala pikiran yang tidak berhubungan dengan shalatnya. Sebaliknya orang yang jauh dari kekhusukan akan slalu waswas hatinya, mengharap pujian manusia, dan tidak bisa menghindarkan diri dari memikirkan berbagai pekerjaan yang telah atau akan ia lakukan. Inilah manusia yang tidak akan mendapatkan apa-apa dari shalatnya.
Rasulullah saw bersabda: Betapa banyak orang yang mendirikan shalat namun ia hanya meraskan kelelahan dan kepenatan. (H.R. an-Nasa-i)
Wallahu 'Alam...
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬