"Dulu waktu baru menikah setiap aku pulang kerumah, kau selalu membawakan sandalku dan anjing kita selalu menyambut dengan gonggongan, kini terbalik, anjing kita yang membawakan sandal dan kau yang menggonggong"
Mendengar kegusaran suaminya, Shakila tak kalah tangkas menangkis "Jangan mengeluh suamiku, bagaimanapun engkau tetap mendapatkan pelayanan yang sama, ada yang membawakan sandal dan ada yang menggonggong"
Menyelaraskan keinginan memang tak muda ada unsur waktu, ada rasa pakewuh, tapi begitu watak asli terkuak seiring dengan rasa bosan yang muncul, kecerewetan, ketidak sabaran, dan ketidak bersahajaannya pun mencuat, begitulah Manusia, cenderung menyukai mengenakan TOPENG, khususnya bila urusan Duniawi jadi tujuan pokok, mungkin TOPENG itu pula yang membuat kita sering terkecoh, kita suka melihat yang tampak, bukan bagian "Dalam"
Kita cenderung mencuatkan ego, akibatnya seperti yang dikisahkan ada perkawinan yang berumur tujuh hari
Ceritanya, sepasang kekasih telah berpacaran selama tiga tahun, si wanita 33 tahun dan prianya 37 tahun cukup matang untuk berumah tangga, apalagi keduanya Sarjana "ternyata rumah tangga mereka cerai gara - gara soal lampu"
Si wanita yang selama 33 tahun selalu tidur dalam keadaan terang, menghendaki kamarnya diterangi, sebaliknya suaminya bersikukuh harus gelap, maklum 37 tahun dia selalu tidur dalam gelap. Kompromi tidak bisa dicapai merekapun cerai "padahal, memasang lampu lima watt yang remang2 khan bisa".
Begitulah jika manusia menekankan keinginan sendiri tanpa menimbang perasaan orang lain hatinya Kopong, Kesetiaan, Penghormatan, Perhatian, Kepedulian, Keadilan, Kejujuran semua ditentukan melalui kwalitas hati, tanpa hati yang jernih seorang akan sulit menyatakan Terima kasih, Apalagi berbagi kasih.
Selamat menjernihkan hati, semoga bermanfaat....