
Untuk menilai kualitas akhlak seseorang bisa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pertama: Konsistensi antara yang dikatakan dengan yang dilakukan, satunya kata dengan perbuatan. Orang yang berakhlak baik jika berbicara maka ia menyadari betul apa yang dikatakan, menyadari betul apa implikasi dan konsekwensi dari apa yang dikatakan. Oleh karena itu keputusan yang diambil juga sejalan dengan apa yang telah dikatakan. Untuk mengetahui konsistensi seseorang tidak cukup hanya dengan melihat satu kasus, tetapi beberapa kasus dan dalam waktu yang lama, karena adakalanya seseorang dalam satu hal nampaknya tidak konsisten, tetapi setelah dianalisis dengan banyak hal yang dilakukan jauh sebelumnya ternyata itu merupakan konsistensi. Orang awam memandangnya sebagai inkonsistensi, tetapi orang 'arif justeru memandangnya sebagai konsistensi.
Kedua: Konsistensi orientasi, yakni antara pandangannya dalam satu hal dengan pandangannya dalam bidang lain. Seorang yang memiliki sikap pemihakan kepada orang lemah, maka sikapnya itu akan nampak ketika berurusan dengan segala bidang, ekonomi, hukum, sosial dan juga politik. Seorang humanis akan selalu mengorientasikan perhatiannya pada masalah humanisme yang berjangka jauh, berbeda dengan politisi yang sering mengukurnya dengan kepentingan politis jangka pendek.
Ketiga: Konsistensi pola hidup. Orang yang berakhlak baik pada umumnya pola hidupnya tidak mudah berubah. Jika ia menempuh pola hidup sederhana, maka baik ketika ia miskin maupun setelah menjadi kaya raya, pola hidupnya tetap hidup sederhana. Ketika ia menjadi pemimpin pun ia tetap bertingkah laku sederhana, mudah dihubungi, tetap santai dan tidak jaim didepan bawahannya.