Pada suatu hari Dzunnun al-Misri seorang ulama besar bersama muridnya sedang berlayar di sungai Nil. Mereka melantunkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada perahu yang lain ada sekelompok anak muda yang memetik gitar sambil berteriak-teriak dan berperilaku yang menjengkelkan bagi orang lain. Melihat hal itu murid-murid Dzunnun meminta Dzunnun untuk mendoakan kepada Allah agar perahu anak muda itu tenggelam.
Murid-murid Dzunnun itu tahu bahwa doa beliau adalah yang mustajab, mudah sekali dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian Dzunnun al-Misri mengangkat kedua tangannya dan memohon kepada Allah untuk para pemuda yang kurang ajar itu.
- "Ya Allah sebagaimana Engkau telah memberikan orang-orang itu kesenangan di dunia maka berikanlah mereka kehidupan yang menyenangkan di akherat kelak."
Mendengar doa Dzunnun seperti itu membuat para murid Dzunnun terheran-heran, bagaimana mungkin Dzunnun mendoakan seperti itu? Mereka menyadari ada yang salah pada diri mereka, murid-murid Dzunnun meminta maaf akan atas kesalahan yang dilakukannya. Dzunnun menjelaskan kepada murid- muridnya bahwa 'Kehidupan yang menyenangkan diakherat kelak berarti bertaubat di dunia ini dengan cara seperti inilah, kalian dan mereka merasa lega tanpa merugikan siapapun.'
Dzunnun al-Misri mengajarkan kepada kita bagaimana kebiasaan Nabi Muhammad, membalas keburukan dengan kebaikan, jadilah kita seperti pohon mangga yang manis rasanya di pinggir jalan, yang setiap kali dilempari orang dengan batu tetapi malah membalas dengan memberikan buahnya yang manis kepada si pelempar. 'Ahsin kama ahsanallahu ilaik.' Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.'