BUAT APA SURGA DAN NERAKA?


BUAT APA SURGA DAN NERAKA?

Tanya

Menurut Alquran, Tuhan kalian adalah yang membimbing manusia atau menyesatkan mereka. Jadi buat apa dia menyksa orang lama lama di neraka?

Jawab

Jika kita serius mencermati pertanyaan kalian, akan kita simpulkan bahwa itu mencerminkan penyangkalan terhadap neraka dan syurga, sebab siksa dan pahala di akhirat tidak akan ada artinya sejauh perbuatan perbuatan buruk dan perbuatan baik sudah ditentukan terlebih dahulu oleh Allah. Logikanya, penyangkalan terhadap neraka menghendaki penyangkalan terhadap surga
Islam sebagai agama juga menganut prinsip bahwa iman yang kokoh harus berdasarkan pada akal, renungan, dan kebijaksanaan. Dalam Alquran di sebutkan

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (Al Baqarah :171)

Makin sering orang merenungi ciptaan, makin kokohlah imannya kepada Allah, sang Khalik. Alquran mengakui takdir Ilahi dan kehendak manusia. Pengakuan ini tersurat jelas dalam ayat berikut

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.

Alquran menolak alasan para pendosa yang mengatakan bahwa takdir sudah menentukan meeka untuk mlakukan perbuatan dosa. Prinsip ini di tegaskan dalam beberapa ayat Alquran

Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa pun". Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta. (Al : An'am 148)

Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin) -Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanah Allah) dengan terang. (QS : Al Nahl : 35)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata". (Yasin : 47)

Dan mereka berkata: "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)." Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Azkhruf : 20)

Orang yang berfikir waras pasti tahu bahwa dunia ini meliputi takdir Allah dan kehendak manusia. Manusia, misalnya tidak punya kehendak dalam menciptakan tubuh dan anggota tubuhnya, sementara dia punya kehendak sempurna dalan hal hal tertentu seperti makan, minum tidur bekerja bermain, belajar, mengajar, dan sebagainya. Maka dari itu dia memikul tanggung jawab dari perbuatannya itu

Dalam buku tauhid ulama' terkemuka Muhammad Abduh mengatakan, 'karena orang yng berakal sehat mengakui bahwa mereka ada dan karena itu tidak ada perlunya membuktikan fakta ini. Meraka bahwa mereka punya kehendak tak terbantahkan mengenai perbuatan-perbuatan yang bisa dipilih. Karena itulah mereka melakukan dan menahan diri dari melakukan perbuatan perbuatan itu dengan sengaja.'

Mari kita renungkan kutipan dari injil yang membahas masalah takdir ilahi dan kehendak manusia sebagai berikut

1:18
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

1:19
Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.

1:20
Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

1:21
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

1:22
Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.

1:23
Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

1:24
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

1:25
Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

1:26
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.

1:27
Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (Roma 18-27)

Sehingga Alquran yang menganut prinsip takdir Ilahi maupun kehendak manusia tidak menyangkal agama agama samawi yang lain

Sebagai kesimpulan, saya ingin mengarakhkan perhatian kalian pada fakta bahwa keyakinan muslimin pada takdir Allah dan pertanggung jawaban mereka atas perbuatan yang mereka lakukan membuat mereka melakukan kewajiban mereka dalam menyebarkan kebajikan kesejahteraan, keadailan dan meralitas keseluruh dunia. dengan cara ini, generasi awal kau muslimin membangun peradaban gemilang mereka yang mempengaruhi seluruh dunia selama seribu tahun
(Syekh Abdul Majid Subh)

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬