Mengingat Allah Dengan Membaca Alam
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."-QS Ali Imran: 190-
Tsabit Bannani berkata,"Suatu ketika Nabi Daud a.s melewati sebuah lampu penerang yang sedang menyala. Kemudian, dia teringat akan api neraka yang dahsyat. Maka, seketika itu juga dia bergetar dan menjerit dengan keras sehingga tampak anggota badan dan sendi-sendinya akan terputus." Demikianlah di antara akhlak sufi yang mulia. Seorang sufi sejati selalu memandang dunia dengan pandangan iktibar (pelajaran) bukan pandangan syahwat dan rasa senang.
Hatim AlAshamm pernah di tanya,"Kapan salah seorang di antara kita dapat menjadi orang yang selalu mengambil pelajaran?"
Hatim Menjawab,"Apabila orang itu dapat melihat bahwa apapun di dunia akan sirna dan bahwa orang yang memiliki kekayaan dunia juga akan sirna."
Yahya bin Muadz berkata,"Hendaklah pandanganmu terhadap dunia adalah pandangan iktibar, pemanfaatanmu pada dunia adalah keterpaksaan, dan penolakanmu pada dunia adalah pilihan."
Selanjutnya para sufi senantiasa melihat proses penciptaan alam sebagai sarana menuju (Keridhaan) Allah. Mereka selalu membaca berbagai hikmah yang ada di balik alam. Mereka menafakuri semuanya hingga menghasilkan rumusan pengetahuan purna yang berguna bagi kehidupan manusia setelah mereka. Matahari, bumi dan langit di pandang oleh mereka bukan sekadar untuk dinikmati keindahannya, tetapi untuk direnungkan hikmah dibaliknya.
Jika kita menafakuri alam ini dengan pikiran jernih, kita akan menemukan bahwa alam semesta bagaikan bangunan rumah yang menyediakan berbagai perlengkapan yang sempurna. Langit ditinggikan seperti atap, bumi dihamparkan seperti lantai, bintang-bintang ditaburkan seperti lampu, dan barang-barang tambang di perut bumi ibarat kekayaan yang terpendam.
Semua itu disiapkan dan disediakan untuk kepentingan alam itu. Sementara itu, manusia ibarat pemilik rumah yang dianugerahi segala isinya. Berbagai jenis tumbuhan disediakan untuk memenuhi kebutuhannya dan bermacam-macam hewan diberikan untuk menopang kehidupannya.
Allah SWT telah menciptakan langit ini dengan warna yang dapat di pandang mata. Seandainya langit diciptakan dalam bentuk sinar atau cahaya, pasti akan menyakitkan mata orang yang memandangnya.
Warna kebiru-biruan membuat mata manusia bisa menikmati pemandangan langit.. Apalagi ketika malam mengganti siang, dan bintang-bintang serta bulan bercahaya terang, manusia dapat memandang ciptaan Allah. Dan, dalam keindahan langit, manusia dapat menemukan Tuhan, Pencipta jagat raya.
Selanjutnya ketika menyadari keindahan langit, manusia akan merenungkan keindahan tata surya. Perputaran bintang-bintang memberikan petunjuk arah dan waktu kepada manusia.
Ada lintasan-lintasan yang bekas-bekasnya dapat terlihat di barat dan di timur. Ada juga kumpulan bintang yang membentuk rasi tertentu sehingga menjadi petunjuk arah bagi orang yang tersesat. Dengan petunjuk rasi bintang, manusia dapat menemukan arah yang ditujunya.
Keberadaan tata surya langit menjadi dalil yang jelas tentang keberadaan Tuhan yang menciptakannya.
Rancangan langit yang sangat kukuh menunjukkan keluasan ilmu penciptanya. Keteraturannya menunjukkan kehendak penciptanya. Karena itu, Maha suci Allah yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Berkehendak.
Sebagian ulama menuturkan sepuluh keuntungan dalam memandang langit, Yaitu:
1. Mengingatkan kepada Allah SWT,
2. Memancarkan pengagungan kepada Allah dalam hati,
3. Menghilangkan pikiran buruk,
4. Mengurangi rasa suntuk,
5. Mengendorkan perasaan was-was,
6. Menghilangkan perasaan takut,
7. Memberikan semangat bagi orang yang patah hati,
8. Menghibur orang yang sedang di landa rindu,
9. Memberikan rasa tenteram bagi orang yang sedang jatuh cinta,
10. Kiblat bagi orang-orang yang sedang berdoa.
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬