Ruhaili Terhadap Buku
Laa Tahzan Dan
Pengarangnya Serta
Pemikiran Da'i Kondang
Salman Al-Audah Dan
Safar Hawali
klik Laa Tahzan
Buku Laa Tahzaan
(Jangan Bersedih/Don't
Be Sad) yang ditulis oleh
DR. Aidh al-Qorni
mungkin sudah tidak
asing lagi bagi sebagian
kaum muslimin. Buku ini
katanya mendapatkan
label �Best Seller�,
namun hal ini tidaklah
menunukkan akan
kebaikan dan kebenaran
buku ini termasuk
pengarangnya.
Sebetulnya telah
beberapa kali kami
sampaikan tentang
penyimpangan-
penyimpangan Salman
al-�Audah, Safar Hawali
dan Aidh al-Qorni ini,
tapi masih saja ada para
pemujanya yang
mendustakannya
dengan dalih dan alasan
yang lebih lemah
daripada sarang laba-
laba. Semisal ucapan
mereka : tunjukkan
kepada kami kesalahan.p
enyimpangan yang
terdapat pada buku La
Tahzan!!! Dan masih
banyak lagi alasan-
alasan lainnya. Oleh
karenanya pada edisi ini
kami mengangkat
sebuah rubrik yang
mudah- mudahan bisa
menerangi hati para
pengagum dan fans Aidh
al- Qorni, jika memang
masih ada cahaya di
hatinya. Rubrik
�Bersedihlah� ini diambil
dari soal jawab dengan
Prof. DR. Ibrahim bin
'Amir ar-Ruhaili, dosen
faklutas Usuhuluddin,
Universitas Islam
Madinah, KSA, pada saat
Dauroh Syar�iyyah VI di
Kebun Teh Agro-Wisata,
Lawang, Malang, yang
diselenggarakan oleh
Ma�had Ali Al-Irsyad As-
Salafi Surabaya. Soal
Jawab ini ditranskrip
oleh al-Akh �Abdul
Muhsin dan
diterjemahkan oleh al-
Ustadz Imam Wahyudi,
Lc.(Red. Pertanyaan :
Kami mendengar bahwa
para ulama salafiyyin
memperingatkan
dengan keras dari
pemikiran-pemikiran Dr.
Salman al-Audah, Dr.
Safar al- Hawali, Dr.
'Aidh al-Qorni, serta
yang semisal dengan
mereka. Apakah
sebenarnya kesalahan-
kesalahan mereka,
terlebih yang namanya
disebutkan paling akhir
(Aidh al-Qorni), karena
buku- bukunya yang
sudah diterjemahkan
tersebar luas di negeri
kami ; seperti buku "Laa
Tahzan" (jangan
bersedih). Jawab : Orang-
orang yang telah
disebutkan tadi memiliki
berbagai penyimpangan
dalam banyak bidang,
kita tidak mengatakan
bahwa mereka tidak
memiliki kebenaran
sama sekali. Beberapa
waktu yang lalu, kaset-
kaset mereka yang
berisi penjelasan atas
beberapa buku banyak
diminati masyarakat,
akan tetapi perkataan
mereka banyak
menyelisihi manhaj
salaf. Diantaranya
adalah sikap mereka
terhadap pemerintah,
yaitu : plin plan,
terkadang menyebarkan
dan membicarakan aib
pemerintah, dan pada
lain waktu bersikap
loyal dengan
pemerintah. Banyak
sekali perkataan di
dalam buku-buku
mereka bersumber dari
perkataan selain Ahlus
sunnah, memberikan
dalil atas pendapat
mereka dengan
perkataan orang-orang
yang menyelisihi Ahlus
sunnah, bahkan
terkadang mereka
mengambil perkataan
para orentalis, seperti
buku yang ditanyakan
diatas. Bagaimana
mungkin seorang yang
dikatakan berilmu
agama dan menisbatkan
dirinya kepada sunnah,
mengarang sebuah buku
yang penuh dengan
nukilan dari kaum
orintalis? Kemudian
judulnya "Laa Tahzan"
(jangan bersedih),
maksudnya bersedih
atas apa ? apakah
maksudnya bahwa
manusia tidak boleh
bersedih atas
sesuatupun? Padahal
kesedihan itu sendiri,
terkadang memiliki
alasan-alasan yang
dibenarkan oleh
syari'at, sehingga yang
bersedih perlu bersabar
dan mengharapkan
pahala atas
kesabarannya tersebut.
Cara berdialog dengan
manusia seperti ini, "Laa
Tahzan" (jangan
bersedih), kemudian
obatnya adalah
perkataan kaum
orintalis?! ini adalah
bukti kedangkalan
pemahamannya, seakan-
akan al-Qur'an tidak
cukup bagi kita dan di
dalamnya ada hal yang
menjadikan kita
bersedih, sehingga kita
perlu lari dari al-Qur'an
dan as-Sunnah dan
berpaling kepada
perkataan kaum
orientalis!! Ini sangat
berbahaya. Oknum-
oknum di atas memiliki
banyak kesalahan,
meskipun kesalahan
mereka berbeda-beda.
'Aidh al-Qorni adalah
seorang sasterawan,
terkadang berbicara
sesuai dengan aqidah
Ahlus sunnah, dan pada
kali yang lain
melontarkan pendapat
yang amat berbahaya,
bahkan sampai kepada
derajat kesyirikan serta
beberapa istilah aneh.
Saya pernah mendengar
bait-bait syairnya, isinya
dekat dengan pemikiran
penganut wihdatul
wujud (manunggaling
kawulo gusti), sebagian
baitnya
mendiskreditkan para
sahabat dan seterusnya
dan masih banyak lagi
keanehan- keanehannya
[Bukti-buktinya telah
dibahas panjang lebar di
Majalah adz-Dzakhiirah
edisi 12 tahun II 1425
dengan tema
�Menyingkap Hakekat
dan Jati Diri Da�i-Da�i
Kondang�, demikian
pula di Majalah Al-
Furqon (Ma�had Al-
Furqon Gresik), edisi 1
tahun V, Sya�ban 1426 H.
Dengan tema
�Penyimpangan Aidh al-
Qorni�, silakan
membuktikannya.].
Orang ini tidak bisa
menjaga lisan dan
perkataannya, dan dari
dulu terkenal sebagai
seorang yang mudah
sekali marah. Oleh
karena itu, kita tidak
boleh terpengaruh
dengan orang- orang
seperti ini. Jika
seseorang telah
memahami ilmu agama
dan metode para ulama,
maka dia akan
mengetahui bahwa
orang- orang ini bukan
berada diatas jalannya
para ulama. Kita juga
tidak terus menerus
menuduh niat-niatan
manusia, akan tetapi
inilah barang dagangan
yang mereka tawarkan
kepada manusia.
Hendaklah kita berhati-
hati terhadap perkataan
mereka, dan kita
kembali kepada
perkataan para ulama
yang mulia. Perkataan
Ahlus sunnah, itulah
yang bermanfaat bagi
manusia. Allah telah
mencukupkan kita
dengan al-Qur'an dan as-
Sunnah dari perkataan
makhluk, akan tetapi
perkataan para ulama
yang mendekatkan
pemahaman kita
terhadap ilmu syari'at,
baik berupa uraian
maupun penjelasan
panjang lebar, serta
pembahasan berbagai
permasalahan, inilah
yang lebih bermanfaat
bagi manusia. Adapun
yang orang-orang yang
buku-bukunya
berdasarkan perkataan
selain Ahlus sunnah,
bahkan dari penentang
sunnah yaitu kalangan
ahlul bid�ah, (maka
wajib dijauhi �pent).
Sungguh perkataan
mereka banyak
bersumber dari
perkataan Ahlul Bid�ah,
semisal Sayyid Quthub
dan Muhamad Quthub
[Tentang kedua orang
ini, sialkan membaca
kembali majalah adz-
Dzakhiirah edisi 24 pada
tema �Khowarij
Kontemporer� dan
�Hakekat Yang
Tersembunyi.� Artikel
ini dapat dibaca di
www.almanhaj.or.id. ].
Mereka itu (Salman cs.)
secara terang- terangan
menyatakan bahwa
keduanya adalah ulama
mereka, sebagian lagi
menyatakan bahwa
buku si Anu adalah buku
yang paling baik,
sebagian lagi
menyatakan bahwa
buku si Fulan adalah
buku yang paling baik,
sebagian lagi
menyatakan dengan
terang-terangan, bahwa
ketika mereka berada di
penjara, mereka banyak
membaca serta
menekuni buku- buku
Sayyid Quthub. Inilah
barang dagangan
mereka, pemahaman
mereka bukan hasil dari
pendidikan di atas
manhaj yang benar,
bahkan terpengaruh
dengan sebagian ahlil
bid�ah, sehingga
menghasilkan
penyimpangan manhaj.
Maka wajib bagi para
penuntut ilmu untuk
menjauhi buku-buku
tersebut, dan juga tidak
boleh membantu
menyebarkanya, karena
di dalamnya penuh
dengan kesesatan dan
penyimpangan, walau
mungkin saja
didalamnya ada
kebenaran. Akan tetapi
yang dimaksud,
bukanlah adanya
kebenaran dalam
sebagian buku akan
tetapi yang dimaksud
adalah, hendaklah buku
tersebut bebas dari
kesalahan-kesalahn
yang fatal. Sungguh saya
mengatakan bahwa
tiada seorangpun yang
hatinya disinari oleh
Allah dengan Sunnah,
ketika membaca
perkataan mereka,
mendengarkan kaset-
kaset mereka, serta
banyak bersentuhan
dengan buku-buku
mereka, pasti akan
muncul dalam dirinya
penolakan atas
perkataan mereka,
yaitu orang yang
hatinya disinari oleh
Allah dengan ilmu
agama dan sunnah.
Ketika anda
mendengarkan
perkataan-perkataan
Ibnu Baaz, Ibnu
Utsaimin, al-Albani, al-
Fauzan dan Syaikh Abdul
Muhsin al- Abbad,
mereka adalah para
ulama, niscaya anda
akan mendapatkan
ketenangan dari
perkataan para ulama
tersebut, yang didukung
oleh dalil-dalil, dalam
bentuk penjelasan,
uraian, dan menentukan
pendapat yang lebih
kuat. Beda dengan
mereka, yang banyak
perkataannya tidak
berdasarkan dan tidak
merujuk kepada dalil-
dalil. Saya teringat,
suatu kali dalam salah
satu koran, Salman
menetapkan dasar-
dasar dan metode
berdakwah, diantaranya
dia menyebutkan point,
�Apakah jalur-jalur yang
berdampingan itu?�
Salman mengatakan :
�Sesungguhnya
dakwahku dan
dakwahmu tidak
bertentangan,
hakikatnya hanyalah
dua jalur dalam satu
jalan�, kemudian dia
mengatakan : �Bukanlah
menjadi syarat
dakwahku, agar selaras
dengan pikiran anda.�
(Komentar Syaikh
Ibrahim) : Dia
membekali manusia
dengan ungkapan-
ungkapan yang
membius. Makna
perkataannya :
Dakwahku yang saya
terapkan sekarang ini,
kenapa anda
menginginkannya
selaras dengan pikiran
anda, sehingga bisa
sukses. Biarkanlah
dakwah tersebut
berjalan di satu jalur
dan anda di jalur yang
lain. Ini adalah
perkataan yang keliru,
kami tidak mengatakan
agar dakwah Salman
selaras dengan pikiran
kita, akan tetapi
hendaklah selaras
dengan al- Qur�an dan
as-Sunnah. Kita bukan
sedang membicarakan
pikiran kita, sampai-
sampai anda (Salman)
mengatakan istilah jalur-
jalur yang selaras,
karena dalam dakwah
hanya ada satu jalan.
�Dan bahwa (yang kami
perintahkan ini) adalah
jalanKu yang lurus,
Maka ikutilah Dia, dan
janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan
(yang lain(, Karena jalan-
jalan itu mencerai
beraikan kamu dari
jalannya. yang demikian
itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.�
(QS. Al- An�am : 153).
Dakwah kami sekarang
ini bukanlah bersumber
dari pikiranku. Ketika
saya menyampaikannya,
saya hanya
menyebutkan dalil-dalil
dari al- Qur�an dan as-
Sunnah. Inilah barang
dagangan mereka. Dia
(Salman) menyangka
bahwa setiap da�i punya
pikiran, anda punya
pikiran, saya punya
pikiran dan setiap
manusia punya pikiran
dalam dakwahnya. Inilah
yang dia istilahkan
dengan jalur- jalur yang
selaras, maksudnya :
tidak saling
bertentangan, semua
akan bermuara pada
satu jalan. Ini suatu
kesalahan. Kemudian
dia menyebutkan
beberapa aturan,
diantaranya dia
menyatakan : �Kita
tidak patut sibuk
dengan kaum muslimin,
sehingga menyebabkan
kita lalai dari Yahudi
dan Nasrani, musuh kita
yang hakiki.� [Maka
tidaklah mengherankan
apabila ada kisah yang
menyebutkan bahwa
DR. Safar Hawali lulusan
fakultas aqidah, pernah
menulis bantahan
kepada Asy�ariyah.
Tetapi sekarang ia tidak
mau bukunya itu dicetak
kembali, bahkan ia
terjerumus dalam ilmu
nujum, sebagaimana
penjelasan Syaikh
�Abdul Malik dalam
bukunya �Khurofat
Haroki�. Pent.]
(Komentar Syaikh) :
Aturan ini memiliki
konsekwensi, yaitu agar
kita tidak membantah
kelompok Jahmiyah,
Mu�tazilah dan
Asy�ariyah, demikian
juga kita tidak boleh
menyebutkan
perbedaan-perbedaan
yang terjadi dalam
tubuh kaum muslmin,
sampai tuntasnya
urusan kita dengan
Yahudi dan Nasrani.
Padahal, Yahudi dan
Nasrani ada sejak zaman
Nabi Muhammad sampai
zaman kita, bahkan
buku-buku ulama salaf
yang dikarang untuk
membantah ahlil bid�ah,
justru ketika Yahudi dan
Nasrani masih eksis.
Para ulama yang
mengarang bantahan
terhadap Jahmiyah,
Mu�tazilah, Asy�ariyah
dan ahlil bid�ah, mereka
semua mengetahui
(akan bahayanya)
Yahudi dan Nasrani.
Kemudian tiba-tiba
mereka (Salman cs.)
mengatakan : Kami
tidak akan
membicarakan para
penentang sampai
urusan kita Yahudi dan
Nasrani tuntas. Inti
konsekwensi perkataan
ini adalah, kita harus
menghentikan dakwah
sampai bumi bersih dari
Yahudi dan Nasrani.
Padahal, kenyataan dalil-
dalil yang ada
menunjukkan bahwa
kaum Yahudi dan
Nasrani tetap ada
sampai akhir zaman,
bahkan jumlah mereka
banyak. Nabi Shallallahu
�alaihi wa Salam
memberitakan, bahwa
kalian akan memerangi
Yahudi, sampai- sampai
batu dan pohon
mengatakan : �Wahai
muslim, dibelakangku
ada seorang Yahudi,
bunuhlah dia.� Dan kita
juga tidak mengetahui
kapan datangnya masa
itu, sehingga kita harus
menghentikan dakwah
kita sekarang ini, kita
tidak berbicara masalah
aqidah, tidak
membantah orang-
orang yang meniadakan
nama dan sifat-sifat
Allah, menyerupakan
Allah dengan makhluk,
mengingkari takdir
Allah, berpemikiran
Murji�ah, mudah
mengkafirkan kaum
muslimin. Kita tidak
boleh berbicara sampai
Yahudi dan Nasrani
sirna?! siapa yang
mengatakan ini?!
termasuk ulamakah?!!
Kemudian Salman
mengatakan : �Siapa
yang bisa memberikan
satu bukti kepada saya,
bahwa dia menguasai
setiap permasalahan. �
Lihatlah ungkapan yang
dia pilih! �menguasai
setiap permasalahan�.
Yang dimaksud oleh
Salman adalah : Dakwah
kita sekarang ini,
kenapa setiap
permasalahan yang dia
bicarakan, kalian
(Salafiyun) ikut
mengomentarinya?! Dan
seandainya sekarang dia
mendengar perkataan
ini, (niscaya kita
gunakan juga
senjatanya, pent.)
kenapa anda
mengomentari
perkataanku?!
Tinggalkan
perkataanku! Perkataan
Salman ini bertentangan
dengan al- Qur�an dan
as-Sunnah, dia
mengatakan : �Siapa
yang bisa memberikan
satu bukti kepada saya,
bahwa dia menguasai
setiap permasalahan. �?
Dalilnya sangat jelas,
sabda Rosulullah
Shallallahu �alaihi wa
Salam: �Siapa saja
diantara kalian yang
melihat kemungkaran,
maka hendaklah dia
merubahnya dengan
tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan
lisan. Jika tidak mampu,
maka dengan hatinya �.
(HR Muslim) Perkataan
yang disebarkan di
koran ini, apakah suatu
kesesatan atau
kebenaran? ini adalah
suatu kesesatan, tidak
boleh seseorang yang
memiliki ilmu agama
lalu mendengar
perkataan ini kemudian
diam. Inilah dalil
tentang wajibnya
seorang muslim untuk
berbicara, ketika
mengetahui suatu
kebatilan, serta
memperingatkan
manusia agar menjauhi
ketika mengetahui
suatu kebatilan. Saya
teringat diantara
perkataannya, dia
mengatakan : �Kita
memiliki potensi yang
amat banyak, buktinya :
ada seorang
mengatakan suatu ide
kemudian ia mengarang
sebuah buku, dicetak
3000 atau 6000
exemplar, kemudian ada
orang lain
membantahnya
sebanyak 6000 exemplar,
kemudian apa hasilnya?
Hasilnya adalah nol !!
menyia-nyiakan harta
kaum muslimin !!!� Apa
makna perkataanya ??
Maknanya adalah, buku-
buku bantahan itu
adalah kerugian. Orang
yang lalai ini (Salman)
tidak sadar, bahwa
ketika seorang
menyebarkan diantara
manusia 6000, 50.000
atau bahkan berjuta-
juta exemplar kebatilan,
kemudian ada seorang
yang membantahnya, ini
hasilnya bukan nol.
Mereka tidak
mengetahui, bahwa
bantahan itu akan
memusnahkan bid�ah
dan kesesatan yang
tersebar ditengah-
tengah masyarakat.
Mereka berbicara
dengan suatu
perkataan, yang jika
salah seorang awam
dari kaum muslimin,
yang memiliki fithroh
yang sehat, pasti dia
mengetahui bahwa
perkataan seperti ini
adalah suatu kebatilan.
Sebenarnya, saya tidak
banyak menyibukkan
diri untuk mengamati
perkataan-perkataan
mereka, saya tidak
banyak mendengar
kaset-kaset mereka,
tidak banyak membaca
buku- buku mereka dan
tidak pernah secara
khusus memperhatikan
perkataan orang ini
(Salman). Adapun jika
saya benar-benar
meneliti perkataan
mereka di dalam buku-
buku mereka, niscaya
akan saya dapati hal-hal
yang sangat berbahaya.
Maka dari itu, saya
nasehatkan kepada para
penuntut ilmu,
hendaklah ketika
mengkritik mereka,
haruslah dengan dasar
ilmu. Sebagaimana
problematika sebagian
salafiyin yang tergesa-
gesa mengomentari,
mencela dan memaki,
dengan tanpa bukti.
Manusia tidak akan
menerima kritikan anda.
[Dengan segudang bukti
saja, para pengagumnya
banyak yang tidak bisa
menerima, apalagi
tanpa bukti!!!] Jelaskan
kepada manusia, saya
sekarang ini mengkritik
Salman dari
pembicaraannya yang
saya miliki sekarang ini,
point-point yang kita
sebutkan ada di
dalamnya, kemudian
kami biarkan nash-nash
al-Qur�an dan as-
Sunnah menghukuminya.
Semua manusia akan
menerima kritikan anda.
Beda halnya apabila kita
mengkritik tanpa bukti,
pasti manusia tidak
akan mau menerima
komentar anda. Orang-
orang tersebut memiliki
pendapat-pendapat
(yang batil), maka
berhati-hatilah dari
buku yang berjudul �Laa
Tahzan� (jangan
bersedih), bacalah dulu,
kemudian perhatikan
isinya. Kalangan
penuntut ilmu agama
yang paling awampun,
ketika membaca buku
ini, pasti mengetahui
kesesatan yang ada
didalamnya. Kami
katakan dengan
sebenarnya, bahwa
mereka ini, sama saja,
baik dia menginginkan
kebaikan atau tidak
menginginkannya,
perkara itu urusan Allah
�Azza wa Jalla. Akan
tetapi di dalam buku-
buku dan kaset-kaset
mereka ada muatan
penyimpangan aqidah
dan manhaj Ahlusunnah
yang amat besar. Maka
dari itu, kita harus
berhati-hati dari buku-
buku dan kaset-kaset
yang telah merusak
sejumlah besar para
pemuda. Mereka ini
mudah sekali berubah
pendirian, setiap hari
memakai metode yang
baru. Sampai-sampai,
diantara perkataan
Salman yang paling
akhir saya dengar di
radio Saudi Arabia,
ketika ditanya tentang
hukum perayaan maulid
Nabi, dia menjawab : di
dalam perayaan Maulid
Nabi banyak kebiasaan-
kebiasaan yang tidak
baik dan kurang
menjaga kebersihan.
Maka penyiar radio
�yang tidak menekuni
ilmu agama- berkata :
Bukankah perayaan
maulid itu tidak dikenal
pada zaman salaf ?
Salman menjawab : iya,
iya pendapat ini benar.
[Sekarang ini banyak
sekali dai�dai yang
terkadang mengaku
salafi jika merasa butuh,
dan di lain waktu
mengingkari penisbatan
kepada salaf jika
bertentangan dengan
manhaj haroki mereka.
Ketika ditanya tentang
hukum suatu amalan,
harokah atau
pergerakan yang jelas-
jelas bid�ah, mereka
menjawab dengan
jawaban yang samar dan
berputar-putar. Maka
inilah salah satu indikasi
dai-dai yang
terpengaruh dengan
pemikiran Salmad, Aidah
al-Qorni, dkk] Apakah
orang seperti ini, yang
sekarang dielu-elukan
oleh banyak pemuda
untuk menduduki
kedudukan Imam Ahlus
Sunnah ?! padahal dia
tidak mengetahui
hukum perayaan
maulid?! ini sangat
merepotkan, kita tidak
mengetahui apa yang
diinginkan oleh orang-
orang ini ?! Apakah
mereka ingin berbasa-
basi dengan ahlul
bid�ah, yaitu dalam
metode mereka yang
terbaru, setelah
sebelumnya mereka
bersikap sangat keras,
bahkan mengeluarkan
vonis bid�ah, kufur,
kemudian sekarang
mereka tinggalkan
semua itu ?!
Sebelumnya, mereka
pernah menyatakan
bahwa pemerintah Arab
Saudi telah kafir, karena
membolehkan tabarruj
dan memberikan
kebebasan kepada kaum
wanita, sekarang
mereka
memperbolehkan
wanita menyetir mobil
dan membuka hijab
(cadar). Mereka
menyatakan bahwa
hukum wanita menyetir
mobil tidak ada dalam
surat ini dan itu,
sebagian mereka
menyatakan,
diantaranya �Aidh al-
Qorni : hukum hijab
sekarang ini telah jelas,
bahwa wanita yang
membuka wajahnya
(tidak memakai cadar)
hukumnya tidak
mengapa. Ini terlepas
dari perbedaan
pendapat para ulama
dalam masalah ini.
[Karena pendapat yang
mereka lontarkan
seperti ini, lebih dekat
kepada hanya sekedar
sensasi dan berani
tampil beda, serta
berseberangan dengan
penguasa muslim, bukan
karena dalil seperti
yang dilakukan oleh
para ulama.] Akan
tetapi yang menjadi
titik permasalahan
adalah
ketidakmenentuaan
pendirian mereka.
Kemarin bersikap keras,
sekarang menggampang-
gampangkan. Kemarin
mengkafirkan Rofidhoh,
[Rofidhoh adalah salah
satu kelompok Syiah
ekstrim yang menolak
kekhilafahan Abu Bakar
dan �Umar beserta
mayoritas sahabat Nabi.
Bahkan tokoh mereka di
abad ini, yaitu Khomeini,
memiliki doa kejelekan
yang khusus untuk dua
berhala Quraiys, (dan
yang ia maksudkan
adalah), Abu Bakar dan
�Umar yang isinya
penuh dengan celaan
dan laknat. Lihat Firoq
al-Mu�ashiroh jilid 1.]
menyatakan bahwa
pemerintah (Arab Saudi)
berbasa-basi dengan
Rofidhoh, sekarang
berbalik menuntut
pemerintah untuk
membuka sekolah-
sekolah Rofidhoh serta
duduk berdampingan
bersama mereka. Saya
mendengar komentar
Salman yang terakhir,
kira-kira seminggu yang
lalu ketika ia ditanya
tentang Iraq. Ia
mengatakan : �tidak
sepatutnya kita
memecah belah kaum
muslimin di sana, karena
kaum muslimin
senantiasa hidup
berdampingan antara
ahlus sunnah dan syia�h
[Padahal menurut
informasi yang kami
terima, bahwa syi�ahnya
Iraq lebih ekstrem,
ganas dan kejam apabila
dibandingkan dengan
syiahnya Iran.] dalam
kurun waktu yang
begitu lama.�
(Komentar Syaikh
Ibrahim) Apa makna
�hidup berdampingan�?
dan siapakah dari
kalangan awam
sekarang ini yang
memahami (rahasia)
perkataan ini?! Kenapa
dia menipu kaum
muslimin dan menipu
ahlus sunnah?!
Komentar yang aneh ini
sekarang benar-benar
ada. Saya secara
pribadi, sebagaimana
yang telah saya
sampaikan, tidaklah
menyibukkan diri untuk
mengamati perkataan-
perkataan mereka, atau
mendengarkan kaset-
kaset mereka, dan tidak
juga membaca buku-
buku mereka. Akan
tetapi yang saya
komentari ini, hanyalah
sesuatu yang kadang-
kadang saya dengar dari
radio. Seandainya ada
orang yang secara
khusus mengamati
perkataan mereka,
kemudian mengkritik
dan mengeluarkan
darinya point-point yang
menyelisihi aqidah ahlus
sunnah, maka pasti dia
akan banyak
mendapatkannya. Maka
dari itu, saya
peringatkan dengan
keras para penuntut
ilmu yang memahami
sunnah, yang diberi
anugerah hidayah oleh
Alloh, serta yang
mengetahui aqidah
ahlus sunnah agar
mereka berhati-hati
dari tipu daya orang-
orang seperti mereka
ini. Dan kami juga tidak
menuntut kepada para
penuntut ilmu tersebut
untuk bersikap keras
secara berlebihan,
dengan menuduh
mereka sebagai orang-
orang zindiq (munafik
kelas kakap). Demi Allah
kami tidak mengatakan
dan berkomentar
demikian, akan tetapi
yang kami katakan
adalah, bahwa ada
kebodohan di dalam diri
mereka, atau di dalam
diri mereka terdapat
bid�ah-bid�ah dan
penyimpangan-
penyimpangan. Adapun
perkara mereka tahu
atau tidak tahu, itu
kembali kepada Alloh.
Demikian juga perkara
mereka memiliki niatan
yang jelek, itu juga
kembali kepada Alloh.
Adapun berdasarkan
perkataan mereka yang
sudah tersebar, maka di
dalamnya mengandung
bid�ah- bid�ah,
kesesatan dan
penyimpangan dari
aqidah ahlus sunnah.
Bahkan wajib bagi
penuntut ilmu agar
berhati-hati terhadap
mereka. Metode yang
ditempuh oleh para
ulama sudah sangat
dikenal, demikian pula
keselamatan manhaj
mereka dari
penyimpangan. Seorang
yang masih hidup di
kalangan para ulama
tidak memiliki sikap
yang berbeda-beda
(dalam satu
permasalahan yang
sama), yakni sering
berubah-ubah, seperti
yang mereka istilahkan
�berubah sesuai dengan
zaman dan keadaan.�
Perubahan sikap para
ulama, hanyalah pada
masalah-masalah yang
mungkin fatwa bisa
disesuaikan menurut
kejadian-kejadian
kontemporer, bukan
dalam bentuk �kemarin
bersikap keras dalam
satu permasalahan, dan
sekarang berubah
menjadi sikap lembek
dalam perkara yang
sama.� Sebelumnya
mereka (Salman cs.)
mencela habis-habisan
siapa saja yang
berinteraksi dengan
orang- orang yang
menyimpang, bahkan
sampai-sampai mereka
bersikap begitu keras
atas dasar apa yang
mereka istilahkan �diam
atas Rofidhoh�, padahal
umat ini tidak tinggal
diam untuk menghadapi
Rofidhoh. Negara ini
beserta para ulamanya
senantiasa berupaya
untuk membantah
Rofidhoh, akan tetapi
dengan ilmu dan
hikmah. Dan sekarang
ini, mereka beralih
menuntut dibukanya
sekolah- sekolah
Rofidhoh, dan
memberikan
kesempatan kepada
mereka untuk bertindak
bebas di dalam sekolah-
sekolah mereka. Jadi,
sangat bertolak
belakang dengan sikap
pertama mereka yang
begitu ekstrem. Ada
sebuah fitnah yang saya
dengar dari sebuah
kaset orang-orang ini,
saya tidak tahu, yang
berbicara itu Salman
atau yang lainnya. Dia
mengatakan kepada
sebagian pengikutnya
dalam bentuk provokasi
dengan mengisyaratkan
kebengisan tentara
seraya mengatakan :
�Saya tidak takut
terhadap bala tentara,
saya juga tidak takut
bahaya atas kalian yang
timbul dari bala tentara,
akan tetapi saya
khawatir bala tentara
dari kalian.� Sekarang
dia menyerukan
toleransi, mengajak
agar semua fihak yang
saling berselisih untuk
saling memaklumi.
Kemudian dia
mengeluarkan sebuah
kaset, �kaifa nakhtalifu�
(bagaimana kita
berselisih?). Dikatakan
di dalamnya :
�Seyogyanya kita
berlapang dada di dalam
menghadapi perbedaan,
hendaknya kita juga
mau mendengarkan
semua pendapat, serta
janganlah kita bersikap
keras terhadap orang-
orang yang menyelisihi
kita.� Kemudian dia
menukilkan perkataan
para ulama salaf
tentang bagaimana
menyikapi perbedaan
pendapat yang terjadi
diantara para ulama dan
imam yang empat.
Setelah itu dia
membawa perkataan-
perkataan tersebut dan
dipakai untuk
menentukan sikap
terhadap perselisihan
yang terjadi antara
ahlus sunnah dengan
ahlil bid�ah. Ini adalah
perkataan yang sangat
berbahaya yang
terkandung di dalam
buku �kaifa Nakhtalif�.
Dan ini dibagi-bagikan
dalam bentuk kaset dan
buku dengan cetakan
yang paling lux. Inilah
upaya membangun
pondasi pikiran-pikiran
ini, yaitu pondasi untuk
membangun bid�ah-
bid�ah dan kesesatan.
Fenomena ini amat jelas
ketika seorang pemula
dari penuntut ilmu
membaca buku
tersebut, pasti bisa
mengetahui kesesatan
yang terkandung di
dalamnya. Saya merasa
heran, bagaimana
perkara seperti ini bisa
tidak tampak bagi para
senior penuntut ilmu
dan orang-orang yang
menisbatkan dirinya
kepada ahlus sunnah?!!
Bagaimana kebenaran
seperti ini bisa
tersembunyi di hadapan
mereka?!! Maka dari itu,
kami tekankan terus
menerus bahwa ketika
kita berbicara dan
mengajak bicara ahlus
sunnah, kita
menggunakan cara
berkomunikasi
tersendiri. Kami
katakan kepada mereka
: �bersatulah kalian di
atas kebenaran dan
tinggalkanlah
perselisihan yang
memecah belah kalian,
karena kalian semua
adalah ahlus sunnah.�
Akan tetapi apabila kita
menghadapi perselisihan
antara ahlus sunnah
dengan ahlul bid�ah,
maka perselisihan
seperti ini bentuknya
berbeda. Sehingga terus
menerus kita tekankan,
bahwa dalam kita
berbicara dan
menerapkan berbagai
hukum dalam
permasalahan, haruslah
jelas dan sesuai dengan
ketetapan nash-nash.
Kita tidak mungkin
membawa perkataan
para ulama salaf
tentang cinta kasih
diantara mereka : �Kita
berselisih dan berbeda
pendapat, akan tetapi
perbedaan kita ini tidak
boleh menggambarkan
perpecahan diantara
kita.� Kemudian kita
aplikasikan perkataan
para ulama salaf ini di
dalam perselisihan
antara ahlus sunnah
dengan Rofidhoh. Bukti
yang terpenting adalah,
bahwa di dalam banyak
perkataan mereka yang
amat menyimpang,
meskipun dengan adil
kita katakan, bahwa
derajat penyimpangan
individu-individu ini
tidak dalam satu
tingkatan. Akan tetapi
yang terpenting adalah,
kita waspada terhadap
manhaj dan metode
mereka, serta menjauhi
syubhta-syubhat
kemudian kembali
kepada perkataan para
ulama yang kita kenal
keselamatan aqidah dan
manhajnya dari
penyimpangan. Inilah
prinsip dasar menurut
ahlus sunnah.
Semoga Bermanfaat
Bagi Para Thalabul Ilmi.